Friday, April 28, 2017

PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE

PEMERIKSAAN FISIK

PENGERTIAN PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Pemeriksaan fisik adalah salah satu elemen penting dari proses menentukan diagnosis sebuah penyakit. Diagnosis dilakukan untuk mengetahui penyakit pasien, agar dapat memberikan terapi yang tepat pada pasien tersebut.
Pemeriksaan fisik adalah komponen pengkajian kesehatan yang bersifat objektif yang dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan pada tubuh pasien dengan melihat keadaan pasien (inspeksi), meraba suatu sistem atau organ yang hendak diperiksa (perkusi), mengetuk suatu sistem atau organ yang hendak diperiksa (palpasi), dan mendegarkan menggunakan stetoskop (auskultasi).
URUTAN DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Anamnesis adalah pemeriksaan tahap awal yang dilakukan dengan wawancara dan dapat membantu menegakkan diagnosa hingga 80%, anamnesis ini bersifat subjektif.
Tujuannya untuk menegakkan gambaran kesehatan pasien secara umum, dan mengetahui riwayat penyakit pasien.
Anamnesis dapat dilakukan langsung kepada pasien (autoanamnesis) atau terhadap keluarga atau kerabat terdekat pasien (hetero/alloanamnesis)
Pada anamnesis yang perlu ditanyakan adalah:
  1.   Identitas Pasien : Terkait nama, umur, alamat, pekerjaan, dll
  2.   Anamnesis penyakit : Keluhan utama, riwayat penyakit sekarang (onset, frekuensi, sifat, waktu, durasi, lokasi), riwayat penyakit   dahulu, riwayat penyakit keluarga (keturunan/penularan), keluhan tambahan, riwayat pekerjaan.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai keadaan umum, tanda vital, menilai status mental dan cara berfikir, juga menilai langsung sistem atau organ yang berkaitan dengan keluhan pasien dengan:
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu diagnosa ketika anamnesis dan pemeriksaan fisiknya belum mendapatkan hasil. Dan juga dapat dilakukan untuk memastikan diagnosa meskipun anamnesi dan pemeriksaan fisiknya sudah mencapai titik terang.
Contoh dari pemeriksaan penunjang seperti:
  1. Pemeriksaan laboratorium : untuk menilai sel-sel darah, urin, feses
  2. Kultur bakteri : untuk mengetahui bakteri penyebab infeksi, dan untuk menentukan antibiotik serta resistensinya.
  3. Radioimaging : seperti CT-Scan, MRI, rontgen untuk mengetahui langsung bagian dalam tubuh yang terkait dengan penyakit.
PRINSIP DASAR PEMERIKSAAN FISIK
Tujuan umum pemeriksaan fisik adalah untuk memperoleh informasi mengenai status kesehatan pasien. Tujuan definitifnya adalah untuk mengindentifikasi status “normal” dan kemudian mengetahui adanya kelainan dari keadaan normal tersebut dengan memvalidasi keadaan dan keluhan dari gejala pasien. Skrining keadaan pasien, dan pemantauan masalah kesehatan pasien saat ini. Informasi ini penting untuk menjadi catatan/rekam medis (medical record) pasien, menjadi dasar data awal dari temuan klinis, bahkan selalui diperbarui dan ditambahkan sepanjang waktu untuk mengetahui riwayat penyakit dari pasien.
Informasi dapat bersifat subyektif maupun obyektif. Informasi subyektif didapatkan dari anamnesis terhadap pasien, sedangkan informasi obyektif didapatkan dengan pemeriksaan fisik pada pasien.temuan klinis obyektif ini akan memperkuat dan menjelaskan data subyektif yang diperoleh pada anamnesis, tetapi juga pada saat yang sama, pemeriksaan fisik akan membuat pemeriksa bertanya lebih lanjut pada saat pemeriksaan berlangsung.
Penentuan metode pillihan pada pemeriksaan fisik dipengaruhi oleh usia. Misalkan pada usa remaja (12-19 tahun) senaiknya menjalani pemeriksaan fisik setiap 2 tahun. Individu dewasa (20-59 tahun) sebaiknya menjalani pemeriksaan fisik setiap 5-6 tahun, dan orang lanjut usia (>60 tahun) sebaiknya melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh tiap 2 tahun
Metode tersebut juga dipengaruhi oleh gejala, data fisik, dan laboratorium lainnya, serta tujuan pemerikaan itu sendiri (misalnya screening fsik umum, pemeriksaan fisik spesifik, atau analisi gejala-gejala). Pemeriksaan penapisan/screening misalnya mammografi (foto payudara untuk mengetahui kanker), pap smear (menilai kelainan pada alat vital wanita), uji darah pada feses sebaiknya dilakukan lebih teratur. Kunjungan berikutnya atau tindak lanjut merupakan kunjungan yang terjadwal untuk mengkaji progresivitas atau kesembuhan dari suatu masalah atau kelainan tertentu.
METODE PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik diawali dengan penilaian keadaan umum pasien, yang meliputi:
·        Ekspresi wajah
Apakah pasien menahan sakit, sesak, atau diam dan tenang-tenang saja

·        Gaya berjalan
Nilai apakah ada kelainan, seperti jalan terseok-seok, kecepatan yang menurun, langkah terlalu kecil, dll.

·        Tanda spesifik lain
Nilai apakah tampak adanya luka ataupun memar, nilai kelainan lain yang langsung tampak

·        Keadaan gizi
Dilakukan pengukuran BB (berat badan) dan TB (tinggi badan).
IMT (indeks massa tubuh) = BB(kg) / TB2 (m)
Klasifikasi IMT :
BB kurang                   <18,5
BB normal                  18,5-22,9
BB lebih                      >23
            Dgn resiko      23-24,9
            Obes I             25-29,9
            Obes II            >30

·        Status mental
Nilai tingkah laku, perasaannya, dan juga cara berfikir. Lakukan interaksi sederhana bisa dengan menanyakan orientasi tempat, waktu. Dan juga aktifitas sehari-hari. Nilai apakah terdapat penurunan fungsi berfikir atau tidak.
·        Bentuk badan
Nilai kelainan bentuk tulang belakang seperti kifosis, lordosis, skoliosis. Nilai bentuk dadanya secara keseluruhan, nilai juga kelainan bentuk (malformasi) yang terdapat sejak lahir (kongenital)
·        Cara bergerak (mobilitas)
Aktif dan dapat memiringkan badannya tanpa kesulitan. Dapat memberi petunjuk pada beberapa penyakit seperti tulang sendi atau saraf. Juga dapat mengetahui kelainan jantung juga paru-paru yang mana pasien lebih nyaman dalam keadaan bersandar.
·        Pemeriksaan tanda vital
Terdiri atas:
  • Kesadaran : nilai dengan menggunakan GCS (glasgow coma scale), yang mana keadaan pasien sadar penuh (compos mentis) dengan nilai GCS nya 15. Dibawah itu maka pasien mengalami penurunan kesadaran.
  • Suhu : dengan menggunakan termometer, letakkan pada ketiak selama satu menit. Normal suhu adalah 36,6 -36,2 derjat celsius.
  • Tekanan darah : dengan menggunakan sphygmomanometer atau yang biasa disebut dengan tensimeter. Yang mana nilai normal nya adalah 120/80 mmHg
  • Nadi : dengan cara meraba pada arteri radialis, yang terletak pada pergelangan tangan dibawah ibu jari. Denyut nadi ini sama dengan denyut jantung, yang mana nilai normalnya adalah 60-100 x permenit.
  • Napas : dengan cara melihat, atau meletakkan tangan pada dada pasien, dan menghitung berapa kali pasien bernafas selama satu menit. Normalnya yaitu 16-20 x permenit

Untuk melakukan pemeriksaan fisik pada sistem terkait, misalkan pemeriksaan fisik paru, jantung, perut. Terdapat empat teknik yang dilakukan seluruh dunia, yaitu : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Teknik-teknik ini dilakukan dengan memfokuskan pada indera penglihatan, pendengaran, sentuhan dan penciuman. Data dikumpulkan berdasar semua indera tersebut secara simultan untuk membentuk informasi yang sempurna.
  • Inspeksi
Yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual. Sebagai individu, kita selalu menilai orang lain setiap hari, dan membangun kesan mengenai orang lain. Secara tidak kita sadari, sebenarnya kita telah melakukan inspeksi.
Prinsipnya yaitu, pemeriksa menggunakan fokusnya pada indera penglihatan untuk berkonsentrasi melihat keadaan pasien secara menyeluruh, dan teliti. Sejak pertama kali pasien masuk ke ruang dokter, inspeksi sudah dilakukan. Untuk lebih jelas, membenarkan apa yang dilihat oleh mata akan dikaitkan dengan suara yang terdengar atau bau yang berasal dari pasien. Kemudian informasi dikumpulkan oleh semua indera tersebut menjadi sebuah informasi yang bermakna.
  • Palpasi
Yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, biasanya yang digunakan adalah tangan sebelah dalam, yaitu dekat dengan telunjuk atau juga bisa menggunakan pads (ujung jari). Palpasi diperlukan untuk menambah data yang telah didapat melalui inspeksi sebelumnya. Palpasi dilakukan baik pada permukaan maupun dalam rongga tubuh, terutama pada abdomen (perut)  akan memberikan informasi mengenai posisi, ukuran, bentuk, konsistensi, dan mobitas (gerakan) komponen struktur tubuh (anatomi) pada perut yang normal. Apakah teraba kelainan seperti pembesaran organ maupun massa yang dapat teraba. Palpasi ini juga efektif untuk menilai cairan dalam ruang tubuh.

Pads atau ujung jari pada bagian  ujung ruas interphalangeal (ruas jari) paling baik digunakan untuk palpasi, karena ditempat tersebut terdapat ujung saraf peraba yang letaknya saling berdekatan, sehingga dokter akan lebih mudah merasakan apa yang disentuh. Pengukuran kasar suhu tubuh digunakan dengan bagian punggung (dorsum) tangan. Posisi ukuran dan struktur otgan yang diraba dapat diidentifikasi menggunakan tangan. Vibrasi/getaran dapat mudah terdeteksi oleh permukaan telapak tangan.

  •  Perkusi
Yaitu menepuk permukaan tubuh baik secara ringan maupun tajam. Untuk menentukan posisi, ukuran, dan densitas struktur atau cairan maupun udara dibawahnya. Menepuk dari permukaan akan menghasilkan gelombang suara yang masuk secara vertikal sepanjang 5-7 cm dibawah organ yang diketuk tadi, pantulan suara yang dihasilkan akan berbeda beda tergantung sifat struktur yang dilewati oleh suara itu, apakah padat, berisi cairan, maupun berisi udara.

Prinsipnya yaitu jika suatu organ berisi lebih banyak udara (seperti paru-paru) maka suara yang dihasilkan yaitu  suara yang lebih keras, rendah dan panjang (suara sonor), jika dibandingkan dengan organ yang lebih padat (misalnya otot paha), akan menghasilkan suara yang lebih lembut, tinggi dan pendek (suara pekak). Pada perkusi yang dilakukan pada organ yang berongga (seperti perut), akan menghasilkan suara dengan nada tinggi dan lebih lama terdengar (suara timpani).

  •  Auskultasi
Yaitu ketrampilan untuk mendengar suara tubuh pada paru-paru, jantung, pembuluh darah dan bagian dalam/viscera abdomen. Pada umumnya, auskultasi ini merupakan teknik terakhir yang dilakukan pada suatu pemeriksaan fisik, akan tetapi pada pemeriksaan fisik abdomen (perut), biasanya auskultasi dilakukan setelah melakukan inspeksi, karena ditakutkan terjadinya perubahan suara gerakan usus (peristaltik) jikalau dilakukan setelah palpasi dan perkusi. Suara-suara penting yang terdengar saat auskultasi adalah suara gerakan udara dalam paru-paru, yang mana ketika udara melewati rongga menuju paru. Juga untuk mendengarkan bunyi usus yang berada pada rongga perut. Kemudian untuk mendengarkan aliran darah yang melalui sistem kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah). Suara pada auskultasi dijelaskan dengan frekuensinya, intensitasnya (keras lemahnya), durasinya, kualitas dan juga waktunya.

Auskultasi dilakukan dengan stetoskop. Stetoskop meneruskan suara melalui ujung alat (endpiece), tabung pipa (tubing), dan bagian ujung yang diletakkan di telinga (earpiece). Dan penting menghilangkan suara dari luar yang dapat mengganggu interpretasi.
Bagian ujung stetoskop terdapat diafragma dan bel. Diafragma digunakan untuk meningkatkan suara yang tinggi pitch-nya (frekuensi), misalnya suara nafas yang terdengar dari paru-paru dan suara usus yang terdengar dari perut dan ketika mendengarkan suara jantung yang normal. Bel digunakan khususnya untuk suara dengan pitch-rendah seperti suara-suara murmur jantung (bunyi tambahan pada detak jantung), turbulensi aliran darah didalam arteri (suara bruits) atau vena (suara hums). Karena aliran darah memberikan suara dengan pitch yang rendah, bel juga digunakan untuk mengukur tekanan darah. Akan tetapi diafragma juga sering digunakan untuk mendengarkan bunyi ketika memeriksa tekanan darah pasien.
POSISI PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan dalam posisi tertentu, tergantung sistem maupun organ mana yang hendak dinilai. Misalkan pada pemeriksaan fisik jantung, pasien diposisikan dengan posisi kepala lebih tinggi, pada pasien pemeriksaan fisik genitalia, pentingnya dilakukan posisi lithotomy. Akan tetapi banyak pemeriksaan dilakukan dalam posisi duduk maupun tidur terlentang (supinasi).

JENIS-JENIS PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan secara khusus, yaitu tergantung terhadap organ maupun sistem spesifik yang sesuai dengan keluhan pasien, pemeriksaan fisik tersebut sesuai namanya dengan sistem maupun organ yang dilakukan pemeriksaan. Contohnya seperti:


ssumber : http://www.softilmu.com/2015/11/pengertian-prinsip-dan-metode-pemeriksaan-fisik-umum.html?m=1 
RECOMENDED :
selytsaniati.blogspot.com
 noviakubidanku.blogspot.com

Friday, April 21, 2017

Sunda Digjaya



Sampurasun !!!!
Didieu sim kuring saalit bade ngajelaskeun cara ngamumule budaya sunda sangkan budaya sunda bisa nanjeur di buana.


CARA NGAMUMULE BUDAYA SUNDA
A.Kasang Tukang
Masarakat indonésia mangrupa hiji masarakat majemuk anu ngabogaan keanekaragaman di jero sagala rupa aspék kahirupan.Bukti nyata ayana kemajemukan di jero masarakat urang kasampak dina rupa-rupana kabudayaan di Indonésia.Henteu bisa urang pungkiri yén kabudayaan mangrupa hasil cipta, rasa,karsa manusa anu jadi asal kakayaan pikeun bangsa Indonesia.
Euweuh masarakat anu henteu ngabogaan kabudayaan.Kitu ogé sabalikna moal aya kabudayaan tanpa ayana masarakat ku kituna kabudayaan jeung masarakat kuat patula-patalina.
Nempo realita yén bangsa Indonésia nyaéta bangsa anu plural mangkabaris kasampak ogé ayana sagala rupa suku bangsa di Indonésia.Unggal suku bangsa iniliah anu saterusna ngabogaan ciri khas kabudayaan anu berbeda-beda.Suku Sunda mangrupa salah sahiji suku bangsa anu aya di pulo Jawa.Minangka salah sahiji suku bangsa di Indonésia, suku Sunda ngabogaan kharakteristik anu ngabédakeun manéhna kalawan suku séjén. Unik na kharakteristik suku Sunda ieu tercermin ti kabudayaan anu maranéhanana pibogaalus ti sagi ageman, panon pencaharian, kasenian sarta séjén sajabana.

Suku Sunda
Suku Sunda nyaéta jumplukan etnis anu asalna ti bagian kulon pulo Jawa Indonésia ti Tungtung Kulon di tungtung kulon pulo Jawa nepi ka kira-kira Brebes nyaéta ngawengku wewengkon administrasi propinsi Jawa Barat, Banten, sawaréh DKI Jakarta, sarta sawaréh Jawa Tengah. Jawa Barat mangrupa propinsi kalawan jumlah nu nyicingan nu loba di Indonésia.
Alatan tempatna anu padeukeut kalawan puseur dayeuh nagara mangka ampir sakumna suku bangsa anu aya di indonésia aya di propinsi ieu.65% penduduk Jawa Barat nyaeta suku Sunda anu mangrupa nu nyicingan pituin propinsi ieu.Suku séjénna nyaéta Suku Jawa anu loba ditepungan di wewengkon bagian kalér Jawa Barat. Suku Betawi loba nyicingan wewengkon bagian kulon anu deket jeung Jakarta.Suku Minang sarta Suku Batak loba nyicingan di Dayeuh-dayeuh\badag di Jawa Barat kawas Bandung, Cimahi, Bogor, Bekasi sarta Depok.Samentara éta Urang Tionghoa loba ditepungan di ampir seluru wewengkon Jawa Barat.

Kabudayaan Suku Sunda
Kabudayaan Sunda mangrupa salah sahiji kabudayaan anu ngabogaan asalkakayaan pikeun bangsa Indonésia anu dina perkembangannya perlu dilestarikan.Kebudayaan-kebudayaan kasebut baris dijabarkan minangka katut:
a.      Sistem Kapercayaan
Ampir kabéh urang Sunda ngagem agama Islam ngan sawaréhleutik anu henteu ngagem agama Islam, diantarana jalma-jalma Baduyanu cicing di Banten. Tapi aya ogé anu ngagem agama Katolik,Kristen, Hindu, Budha. Praktek-praktek sinkritisme sarta mistik masihdipigawé tapi dina dasarna sakumna kahirupan urang Sunda ditujukanpikeun miara keseimbangan alam semesta.
Keseimbangan magis dibéla kalawan upacara-upacara adat,sedengkeun keseimbangan sosial dibéla kalawan kagiatan silih mikeun(gotong-royong). Hal anu menari dina kapercayaan Sunda nyaétalakon pantun Lutung Kasarung anu mangrupa salah sahiji inohongbudaya maranéhanana, anu percaya ayana Alloh anu tunggal (GuriangTunggal) anu menitiskan sawaréh leutik dirina ka dina pikeun miarakahirupan manusa (titisan Alloh ieu disebut Dewata). Ieu meureun bisajadi jembatan pikeun mengkomunikasikan béja alus ka maranéhanana.
b.Mata Pencahariana
Suku Sunda umumna hirup bercocok pelak sarta henteu resepmerantau atawa hirup berpisah kalawan jalma-jalma sekerabatnya.Kaperluan urang Sunda utamana nyaéta hal ngaronjatkeun tingkathirup, nurutkeun data ti Bappenas di Jawa Barat aya 75% désa miskin. Sacara umum kamiskinan di Jawa Barat disebabkan ku kelangkaan asal daya manusa ku kituna perlunapengembangan asal daya manusa anu mangrupa pendidika, pembinaansarta séjén sajabana pikeun nungkulan kamiskinan kasebut.


c.Kasenian
1.Tari Jaipong
Taneuh Sunda (Parahiangan) dipikawanoh ngabogaanrupa-rupa budaya anu unik sarta menarik, Jaipong nyaéta salah sahiji seni budaya anu kaceluk ti wewengkon ieu.Jaipongan atawa TariJaipong sabenerna mangrupa tarian anu geus modern alatan mangrupa modifikasi atawa pengembangan ti tari tradisional khas Sunda nyaéta Ketuk Tilu.Tari Jaipong ieu dibawakeunn kalawan iringan musik anu khas ogé nyaéta Degung anu di jerona mangrupakumpulan rupa-rupa pakakas musik kawas Kendang, Go’ong,Saron, Kecapi, sarta sajabana. Degung bisa diibaratkan ‘Orkestra’dina musik Éropa/Amerika, anu mangrupa ciri has ti Tari Jaipong nyaéta musikna anu ngahentak di mana pakakas musik kendang kadéngé pang menonjol salila ngiring tarian sarta tarian ieu di bawakeun papasangan atawa kelompok.Minangka tarian anu menarik, Jaipong mindeng dipentaskan dina acara-acara hiburan,selamatan atawa pesta perkawinan.

2.Wayang Golek
Jepang kaci kaceluk kalawan ‘Boneka Jepangna’,Sunda oge kaceluk kalawan kasenian Wayang Golek na.Wayang Golek nyaéta pementasan sandiwara boneka anu dijieun ti kai sarta dicoo ku saurang sutradara anu disebut Dalang.Saurang Dalang ngabogaan keahlian dina nurutan sagala rupasora manusa kawas halna Jaipong, pementasan Wayang Golekdi pirig musik Degung pepek jeung Sinden. Wayang Golek biasana dipentaskan dina acara hiburan,pesta pernikahan atawa acara séjénna. Waktu pementasana ogé unik, nyaéta dina waktu peuting  (biasana sapeuting suntuk) dimimitian ti jam 20.00 atawa jam 21.00 nepi ka jam 04.00 isuk-isuk. Carita anu dibawakeun rata rata dina pergulatan antara kebaikan sarta kajahatan ( Tokoh bageur boh ngalawan Tokoh jahat) caritana biasana di ilhami ku budaya Hindu ti India,kawas Ramayana boh Perang Baratayuda.Karakter karakter dina carita nyokot ngaran-ngaran ti taneuh India,dina Wayang Golek aya karakter anu pohara diwanti wanti pementasana nyaéta tokoh anu dingaranan jeung Purnakawan kawas Dawala sarta Cepot. Inohong-inohong ieu di pikaresep lantaran maranéhanana mangrupa tokoh anu sok ngaperankeun peran lucu ( kawas pelawak ) sarta mindeng nguseup gelak tawa panongtona lantaran dina ngapaenkeun tokoh na,Dalang maenkeun kalawan variasi anu menarik.

d. Basa
Basa nu dipaké ku suku ieu téh basa Sunda, Basa Sunda nyaéta basa anu diciptakeun sarta dipaké minangka keur alat komunikasi ku Suku Sunda,sarta minangka alat pengembang sarta nu ngarojong kabudayaan Sunda éta sorangan.Sajaba ti éta, Basa Sunda mangrupa bagian ti budaya anu mikeun sipat anu has minangka identitas SukuSunda anu mangrupa salah sahiji Suku ti sawatara Suku anu aya di Indonésia.

Kabudayaan Sunda kaasup salah sahiji kabudayaan suku bangsa diIndonésia anu umurna pohara kolot dibandingkeun kalawan kabudayaan Jawa. Kabudayaan Sunda sabenerna kaasup kabudayaan anu umurna relatif leuwih kolot sahenteuna dina hal ngawanohan ka budaya tulis. “Kagemilangan”kabudayaan Sunda ti baheula,khususna sawaktu Karajaan Tarumanegara sarta Karajaan Sunda,dina perkembangana remen ogé dipaké minangka acuan dina ngametakeun naon anu dingaranan kabudayaan Sunda.
Dina perkembangan kabudayaan,Sunda kiwari kawas keur kaleungitan ruhna pangabisa beradaptasi,pangabisa mobilitas,pangabisa tumbuh sarta berkembang,sarta pangabisa regenerasi.Pangabisa beradaptasi kabudayaan Sunda utamana dina ngarespon sagala rupa tangtangan anu datang boh tijero boh tiluar bisa disebutkeun kurang memuaskan. Komo,kabudayaan Sunda kawas henteu hirup,dimana pahareup-hareup kalawan tangtangan ti luar balukarna teu pisan-pisan matak olohok bilan beuki lila beuki loba unsur kabudayaan Sunda anu leungit ku kabudayaan deungeun.Contona pangécésna nyaéta Basa Sunda anu mangrupa basa komunitas urang Sunda kasampak beuki jarang dipaké urang sunda,khususna para generasi ngora orang Sunda.Anu leuwih ngaprihatinkan deui, ngagunakeun basa Sunda dina komunikasi sapopoé sakapeung di identikeun kalawan “keterbelakangan”,pikeun henteu ngomong primitif.Balukarna,bijil rasa gengsi dina urang Sunda pikeun ngagunakeun basa Sunda dina pergaulannya sapopoé. Komo, rasa “gengsi”ieu sakapeung kapanggih ogé dina maranéhanana anu sabenerna mangrupa pakar di widang basa Sunda kaasup pikeun saukur ngaku yén dirina nyaéta pakar atawa boga keahlian di widang basa Sunda.
Ayana kaayaan anu nunjukeun lemahna daya sarta mutu hirup kabudayaan Sunda lantaran kahenteu jelasan strategi dina ngembangkeun kabudayaan Sunda,hal ieu kasampak ti henteu ayana cecekelan anu lahir ti hiji prosés anu ngamiheulakeun prinsip-prinsip kaadilan ngeunaan usaha ngalestarikeun sarta ngembangkeun sacara berkualitas kabudayaan Sunda.Sumawona lamun urang ningali ayeuna ieu kabudayaan Sunda dihadepkeun dina pangaruh budaya luar,ku kituna lamun urang henteu pinter dina milah jeung nyaring asupna budaya luar mangka kabudayaan Sunda ieu lila-lila leungit.
Sagala rupa unsur kabudayaan Sunda anu sabenerna potensial pisan pikeun dikembangkeun,komo pikeun dijadikeun modél kabudayaan nasional nepi ka kiwari tacan meunang campaan anu nyukupan.Nyandak conto sagala rupa kadaharan tradisional anu di piboga ku Sunda ti mimiti bajigur, bandrek, surabi,colenak, wajit, borondong, klontong, ranginang, opak nepi ka ubi cilembu,naha ayati pamaréntah pikeun ngolah kalawan leuwih tanggung jawab ambéh bisaditarima ku komunitas lega.
Lemahna budaya maca, tulis sarta lisan disangka ogé jadi cukang lantaran lemahna daya hirup sarta mutu hirup kabudayaan Sunda.Lemahna budaya tulis dina komunitas Sunda sacara henteu langsung mangrupa representasi ogé ti lemahna budaya tulis ti bangsa Indonésia. Fakta anu pang menonjol ti ieu téh minimna karya-karya tulis kabudayaan Sunda atawa karya tulis anu ditulis kuurang Sunda.
*SISTEM INTERAKSI DINA SUKU SUNDA
Jalinan hunbungan antara individu-individu dina masarakat Suku Sunda dina kahirupan sapopoé relatif positif. Sumawona masarakat Sunda ngabogaan sipat “someah hade ka semah” ieu kabuktian loba pendatang atawa sémah henteu kungsi surut aya ka Tatar Sunda kaasup anu horéam balik ka lemburna. Leuwih laér deui loba pisan sektor kagiatan strategis anu di dominasi ku kaum pendatang jeung ieu fakta anu nunjukeun yén urang Sunda miboga sipat soméah sarta bageur ka kaum pendatang boh sémah.
Diaku ogé ku etnik séjénna di nagari ieu yén kalolobaan masarakat Sunda memang geus ngajalin hubungan nu harmonis sarta boga makna kalawan kaum pendatang,sarta mukimin. Hal ieu ditandaan ku hubungan nu jero pinuh empati sarta duduluran.Teu pisan-pisan matak olohok, yén duduluran,silih nyaah sarta komo duduluran mindeng lumangsung dina kahirupan sapopoé antara warga Sunda sarta kaum pendatang.
Perkenalan pribadi, obroleun dina haté ka haté, gaya sarta wanda basa( kaasup logat ngomong ),cara ngomong ( paralinguistik ), basa awak, ekspresi beungeut, cara nyapa, cara diuk sarta aktivitas-aktivitas séjén anu dipigawé baris turut mangaruhan junun henteuna komunikasi antar budaya kalawan urang Sunda. Dina pamustunganana, di balik kearifan, sipat soméah,sarta alus haté urang Sunda, sabenerna masih pohara kentel ku kituna hal ieu jadi penunjang dina kajalina sistem interaksi anu harmonis. 
CARA NGALESTARIKEUN BUDAYA SUNDA
Pikeun melestarikan basa sarta budaya sunda ditengah gempuran média ayeuna, diperlukeun peran anu leuwih ti kolot dina mikeun pamahaman ka barudakna baris pentingna berbahasa sarta berbudaya sunda. Hal ieu ngingetkeun lobana waktu anu di piboga anak dibéakkeun diimah babarengan kolotna ku kituna peran kolot dianggap faktor anu pang nangtukeun dina pembentukan sipat anak. Ku kituna, diharepkeun lahir generasi penerus bangsa anu henteu ngan ngabogaan kecerdasan akademik tapi ogé kecerdasan sosial.
Salian Ti peran kolot,kelestarian budaya sarta Basa Sunda di Jawa Barat ditangtayungan ku Perda no 5 Taun 2003.Nu isina ngeunaan pemeliharaan basa, sastra sarta aksara wewengkon.
Usaha-usaha anu bisa dipigawé pikeun melestarikan kabudayaan sunda salian nu kasebut tadi nyaeta :
1.      Panangtayungan: ngarawat , miara asset budaya ambéh henteu punah sarta rusak disebabkan ku manusa sarta alam. 
2.      Pengembangan: ngalaksanakeun panalungtikan,kajian laporan,ngaperdalam teori kabudayaan sarta nyiapkeun sarana sarta prasarana nu ngarojong dina panalungtikan.
3.      Pemanfaatan : ngalaksanakeun kagiatan pengemasan produk, bimbingan sarta penyuluhan, kagiatan festival sarta sumebarna informasi. 
4.      Pendokumentasian: ngalaksanakeun kagiatan pembuatan laporan mangrupa narasi anu dilengkepan kalawan poto sarta audio visual



Hurip Sunda